Materi kali ini fafa ambil dari buku Cakrwala Sejarah SMA/MA Kelas XI
( Sumber gambar : http://pendidikan4sejarah.blogspot.com )
1.
Perkembangan agama dan budaya Hindu
Lahirnya agama Hindu ada hubungannya dengan
kedatangan suku bangsa Arya keIndia. Bangsa Arya masuk ke India sejak 1500 SM
melalui Celah Kaiber (Afghanistan) dan mendiami Aryawarta (daerah yang berada
di Lembah Indus, Lembah Gangga, dan Lembah Yamuna di Dataran Tinggi Dekhan).
Bangsa Arya kemudian mendesak ras Dravida (penghuni asli India) dan terjadilah
percampuran kedua ras suku bangsa tersebut. Percampuran budaya antara kedua ras
itu disebut peradaban Hindu atau hinduisme. Agama Hindu adalah sinkretisme
antara kebudayaan Arya dan Dravida yang menyembah banyak dewa. Agama Hindu
bersifat politeisme, artinya menyembah banyak dewa. Setiap dewa merupakan
lambang kekuatan alam. Beberapa dewa yang terkenal adalah Trimurti (Brahma,
dewa pencipta ; Wisnu, dewa pemelihara ; Syiwa, dewa perusak),
Pertiwi (dewi bumi), Surya (dewa matahari), Bayu (dewa angin), Baruna (dewa laut),
dan Agni (dewa api). Kitab suci agama Hindu adalah Weda, artinya
pengetahuan, yang terdiri atas empat bagian.
a.
Rigweda, berisi syair pujian terhadap para dewa.
b.
Samaweda, berisi syair dan nyanyian suci dalam upacara.
c.
Yajurweda, berisi doa-doa pengantar sesaji dalam upacara.
d. Atharwaweda, berisi mantra
untuk menyembuhkan orang sakit dan jampi untuk sihir
serta ilmu gaib mengusir penyakit dan para musuh.
Di
India, paham Trimurti dikembangkan berpasangan dengan Trisakti yang meliputi:
a.
Saraswati, permaisuri Brahma, melambangkan dewi kebijaksanaan dan
pengetahuan;
b.
Laksmi, permaisuri Wisnu, melambangkan dewi kecantikan dan kebahagiaan;
Konsep dan Aktualita
Umat
Hindu memiliki beberapa kitab selain kitab Weda yang mengandung ajaran Avatar
(inkarnasi dewa), yakni kitab Brahmana, Upanishad, Mahabharata, Bagawad Gita,
dan Ramayana.
1.
Kitab
Brahmana berisikan interpretasi (penafsiran) ajaran keagamaan yang terkandung
dalam Weda.
2.
Kitab
Upanishad berisikan pembahasan tentang Brahmana, kejadian alam semesta, serta
Atman (jiwa) dan cara kembalinya Atman kepada Brahman Sang Mahakuasa.
3.
Kitab
Mahabharata, ditulis oleh Begawan Wiyasa, berisikan tentang peperangan
antarkeluarga Bharata (Pandawa dan Kurawa) di Padang Kurusetra.
4.
Kitab
Bagawad Gita, bagian dari himpunan Mahabharata yang diartikan nyanyian dewa.
Kitab ini berisi nasihat Krisna kepada Arjuna di Kurusetra pada saat terjadi
Perang Bharatayuda.
5.
Kitab
Ramayana ditulis oleh Mpu Walmiki yang berisi kisah cinta Rama dan Shinta.
Untuk
mencapai nirwana, umat Hindu dapat melakukannya dengan tiga cara.
a. Manusia wajib menjalankan dharma (memenuhi
kewajiban sebagai manusia), artha (menjalankan pekerjaan sebagaimana
mestinya), dan karma (tidak berlebihan merasakan kenikmatan
duniawi).
b.
Bagi Triwangsa (brahmana, ksatria, waisya) wajib membaca kitab suci Weda.
c.
Melakukan upacara keagamaan yang berupa upacara kurban (yajna besar dan yajna
kecil).
Yajna besar, misalnya, penobatan raja, menghormati pemetikan buah pertama,
dan
upacara menyongsong datangnya musim. Adapun yajna kecil, misalnya, sembahyang
di
rumah sehari-hari, kelahiran anak, dan cukur rambut.
Agama Hindu
mengenal adanya upacara pengorbanan, yaitu kurban Soma dan kurban Asra Medha.
Kurban Soma adalah upacara kebaktian yang terpandang suci di antara seluruh
kebaktian di dalam Weda. Soma adalah sejenis cairan minuman yang memberi sifat kedewaan.
Kurban Asra Medha adalah kurban kuda. Upacara-upacara kebaktian Hindu dilakukan
oleh pejabat-pejabat agama, yaitu :
a. Brahmana (pendeta)
yang menjabat sebagai kepala upacara,
b. Hotri yang
melagukan nyanyian keagamaan,
c. Udgatri yang
menabuh bunyi-bunyian dengan nada tertentu, dan
d. Adhyarya yang
menyiapkan tempat pemujaan dan tempat kurban serta persiapan
lainnya sambil
membacakan mantra.
Konsep
dan Aktualita
Orang
Arya menciptakan kasta dengan pembagian sebagai berikut.
1. Brahmana, perlambang mulut, yakni
golongan pendeta. Mereka dihormati sebagai penasihat raja.
2. Ksatria, perlambang tangan, yakni
golongan ningrat atau bangsawan dan prajurit. Golongan ini menjalankan
pemerintahan.
3.
Waisya, perlambang paha, yakni golongan pengusaha, pedagang, dan petani.
4.
Sudra, perlambang kaki, terdiri atas orang-orang Dravida dalam masyarakat.
Setiap golongan
wajib menempati kastanya masing-masing dan dilarang mengadakan perkawinan antarkasta.
Jika ini terjadi, seseorang akan dikeluarkan dari kastanya dan dimasukkan ke
dalam kasta yang lebih rendah. Selain kasta-kasta tersebut, masih ada golongan
yang dianggap lebih rendah lagi, yaitu paria atau candala. Golongan ini
ditempatkan sebagai hamba sahaya.
Agama Hindu
mengajarkan beberapa hal, yaitu
a. hidup di
dunia adalah samsara akibat perbuatan yang kurang baik;
b. adanya karma,
yaitu hasil perbuatan yang kurang baik;
c. akibat karma,
manusia akan mengalami reinkarnasi, yakni dilahirkan kembali dalam
wujud yang lebih
rendah;
d. orang yang
sempurna hidupnya akan moksa, lepas dari samsara.
Untuk menjadi Hindu, seseorang harus mendapat
tali benang kasta (munya) yang diberikan oleh brahmana (pendeta).
Setelah itu, barulah mereka melakukan caturasrama, yakni brahmacarin (mencari
ilmu kepada brahmana (pendeta), grhasta (membentuk keluarga), wanaprasta
(meninggalkan rumah untuk bertapa), dan saniasin atau pariwrajaka (hidup
mengembara, meninggalkan kepentingan duniawi untuk menjadi bhiksu). Tempat-tempat
suci bagi orang Hindu India, antara lain, Kota Benares yang dianggap sebagai
kota dewa dan Sungai Gangga sebagai sungai yang suci. Agama Hindu mengalami kemunduran
sekitar abad ke-6 SM karena sebab-sebab berikut.
a. Kaum brahmana
yang memonopoli agama dan upacara bertindak sewenang-wenang dengan menarik
kurban yang besar sehingga menimbulkan beban.
b. Lahirnya
agama Buddha yang lebih demokratis untuk mencari nirwana sendiri tanpa
pertolongan
orang lain yang diajarkan oleh Siddharta Gautama.
c. Agama Buddha
lebih terbuka tanpa membeda-bedakan manusia.
2. Perkembangan
dan budaya Buddha
Ketika agama
Hindu mengalamikemunduran, muncullah agama Buddha di India yang disiarkan oleh
Siddharta Gautama. Ajaran Buddha ditulis dalam kitab suci Tripitaka yang
berarti tiga keranjang atau tiga himpunan nikmat. Isi kitab suci Tripitaka
sebagai berikut.
a. Suttapitaka,
berisikan himpunan ajaran dan khotbah Buddha. Bagian terbesar adalah percakapan
antara Buddha dan beberapa orang muridnya. Di dalamnya terdapat pula kitab
meditasi dan peribadatan.
b. Winayapitaka,
berisikan tata hidup setiap anggota biara (sangha).
c. Abhidharmapitaka,
ditujukan bagi lapisan terpelajar dalam agama Buddha sebab merupakan pelajaran
lanjutan.
Inskripsi
Hukum sattie
adalah hukum yang mewajibkan istri untuk ikut mati bersama suami dengan cara
menceburkan diri ke dalam api pembakaran mayat suaminya. Hukum ini diciptakan
oleh bangsa Arya.
Ada empat tempat
yang dianggap suci dalam agama Buddha.
a. Taman Lumbini
di Kapilawastu, tempat lahirnya Siddharta (563 SM).
b. Bodhgaya,
tempat Siddharta menerima wahyu Buddha.
c. Kusinagara,
tempat wafatnya Siddharta pada tahun 482 SM.
d. Benares,
tempat Siddharta pertama kali berkhotbah.
Ajaran Buddha
seperti yang dikhotbahkan Siddharta di Taman Menjangan, Benares,
berisikan
hal-hal berikut.
a. Aryastyani,
yakni empat kebenaran utama dan delapan jalan tengah (Astavida).
Empat
kebenaran utama, yaitu
1)
hidup adalah derita (duka) atau samsara,
2)
samsara disebabkan oleh hasrat keinginan (tresna) atau tanha,
3)
tresna harus dihilangkan, dan
4)
cara menghilangkan tresna adalah dengan delapan jalan tengah.
Delapan
jalan tengah, yaitu
1)
pengertian yang benar, 5) kerja yang benar,
2)
maksud yang benar, 6) ikhtiar yang benar,
3)
bicara yang benar, 7) ingatan yang benar, dan
4)
laku yang benar 8) renungan yang benar.
b. Pratityasamudpada,
artinya rantai sebab akibat yang terdiri atas dua belas rantai dan
masing-masing
merupakan sebab dari hal berikutnya. Pada bangunan peribadatan Buddha akan kita
temui stupa, yaitu bangunan berbentuk kubah yang berdiri di atas sebuah lapik
dan diberi payung. Fungsi bangunan ini
adalah sebagai lambang suci agama Buddha, tanda peringatan terjadinya suatu
peristiwa dalam hidup Buddha, tempat penyimpanan tulang
jenazah Buddha,
dan tempat menyimpan benda suci.
Agama
Buddha berkembang pesat di India pada masa Wangsa Maurya di bawah Raja
Ashoka. Raja ini
pada awalnya memusuhi agama Buddha. Ia menciptakan "neraka Ashoka",
yaitu hukuman rebus bagi penganut Buddha. Namun, pada suatu ketika orang yang diperintahkannya
untuk direbus tidak mati. Raja Ashoka sadar dari kekeliruannya dan masuk agama
Buddha. Bahkan, ia menjadi raja yang saleh dan menetapkan agama Buddha sebagai agama
negara. Ia pun mengajarkan Ahimsa, yaitu larangan membunuh dan melukai
makhluk. Berkat raja ini, agama Buddha dapat disiarkan ke seluruh dunia.
terima kasih menambah wawasan saya
BalasHapus